Plasa Wanita adalah blog tentang informasi seputar wanita, tips kecantikan wanita, tips kesehatan wanita, informasi fashion terbaru

Minggu, 25 Oktober 2015

Cara Menghadapi Temper Tantrum

Cara Mengatasi Temper Tantrum
Cara Mengatasi Temper Tantrum

Mila sedang berjalan-jalan bersama putrinya, Chika (3 tahun), ke sebuah mall. Lalu putrinya melihat permen loli dan merengek meminta dibelikan. Mila yang khawatir akan kesehatannya melarang Chika. Tetapi bukannya menghentikan rengekannya Chika malah menangis sekencang-kencangnya. Mila kebingungan dan malu dengan tingkah polah putri kecilnya itu.

Pernahkah ayah bunda mengalami hal serupa? Apa yang biasa ayah bunda lakukan untuk mengatasinya? Ledakan emosi pada anak seperti contoh kasus di atas disebut dengan temper tantrum. Tantrum terjadi karena anak merasa keinginannya tidak segera terpenuhi. Anak biasanya merasa frustasi dengan hal tersebut dan tidak tahu cara mengungkapkannya, jadilah ledakan emosi.

Pada tulisan kali ini, saya akan memberikan beberapa tips untuk menghadapi temper tantrum pada anak.

1. Tetap Tenang
Pastikan ayah bunda menenangkan diri saat menghadapi tingkah anak. Jangan malu atau panik. Anak adalah makhluk yang sangat cerdas dan mampu membaca suasana hati orang tuanya. Anak akan memanfaatkan segala situasi untuk mendapatkan keinginannya. Apalagi jika mereka membaca tanda-tanda kelemahan orang tuanya. Ambil nafas panjang dan ajak anak duduk jika perlu. Jauhkan anak dari hal-hal yang membahayakan saat anak dalam fase tantrum.

2. Beri Pengertian
Berikan penjelasan yang logis dan sesuai realita kepada anak tentang penolakan kita pada keinginannya. Tatap matanya saat kita mengajaknya berbicara. Kemungkinan anak masih menangis dan berteriak tetapi mereka pasti mengerti karena mereka adalah makhluk yang cerdas. Misalnya seperti pada kasus di atas jelaskan bahwa permen dapat merusak giginya yang menyebabkan giginya terasa sakit. Jangan menakut-nakuti anak dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya yang berarti kita berbohong, contohnya nanti kalau beli permen akan dimarahi ayah atau pak satpam. Anak mungkin akan berhenti menangis saat itu, tetapi kebohongan kecil kita pasti akan membekas dalam diri anak dan tidak menutup kemungkinan akan ditirunya. 

3. Time Out
Jika anak masih menangis dan merengek, berikan time out. Artinya biarkan anak mengekspresikan kekesalannya namun tidak membahayakan. Berikan batasan waktu untuk anak. Jelaskan bahwa ia boleh menangis tetapi kita tetap tidak akan memenuhi permintaanya. Ketika kekesalannya telah terlampiaskan anak akan berhenti menangis dengan sendirinya. Atau ketika waktu yang telah kita berikan habis, berikanlah penjelasan kembali. Dapat dipastikan mereka akan mendengarkan lebih baik dan menerima keputusan kita dengan baik.

4. Konsisten
Tetaplah pada keputusan ayah dan bunda. Jangan terpengaruh dengan orang sekitar kita, atau pada anak kita. Tidak perlu malu karena kita sedang mendidik anak kita. Ketika kita konsisten dengan keputusan kita anak akan lebih mengerti dan menghargai setiap keputusan kita. Mereka mungkin masih merengek dan mencari cara tetapi jika ayah bunda konsisten kejadian tersebut tidak akan berulang di kesempatan berikutnya. Karena anak akan tahu bahwa betapapun anak mencoba ayah bundanya tetap akan pada keputusannya.

5. Penyelesaian Masalah
Setelah anak mau mendengarkan penjelasan kita berikan anak pelukan dan pujian betapa dia mampu menjadi anak yang baik karena telah mendengarkan nasihat kita. Jika diperlukan ajarkan anak untuk meminta maaf atas tindakannya yang tidak baik, begitupun kita juga memberikan contoh untuk meminta maaf atas tindakan kita yang mungkin tidak disukai anak. Ajarkan anak cara menyampaikan keinginannya dengan baik, tanpa merengek, tanpa berteriak, tanpa menangis, dan tanpa tantrum.


Facebook Twitter Google+

Back To Top